Rabu, 09 Maret 2016

10 KRITERIA MUSLIMAH SEJATI

10 Kriteria Muslimah Sejati
Merupakan cerminan sosok mulia di saat jutaan wanita terhina di dalam kubangan hawa dan angkara. Ketika para wanita berbangga mengumbar syahwatnya, ia tampil mempesona dengan syariat jilbabnya. Ia adalah anugerah ilahi bagi seluruh wanita di bumi ini. Perangainya adalah akhlak wanita-wanita teladan yang menjaga kehormatan. Pribadinyapun pancaran indah dari beningnya sabda junjungan. Dan jiwa-jiwanya adalah jiwa pendidik dai teladan dan mujahid militan.
Sungguh sangat banyak sekali para wanita yang mengaku dirinya sebagai muslimah sejati. Akan tetapi kenyataannya sangat jauh dari kriterianya. Sedikit sekali seorang muslimah yang mampu meraih prestasi gemilang sebagai muslimah sejati. Hal tersebut karena muslimah sejati memiliki kriteria dan karakteristik tersendiri yang datang dari Alloh  dan rosul-Nya. Pengakuan sebagai muslimah sejati tanpa adanya kriteria di bawah ini hanyalah bohong dan isapan jempol belaka.
Kriteria muslimah sejati tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Iman yang dalam terhadap semua yang datang dari Alloh   dan Rosul-Nya.
Keimanan yang dalam terhadap apa saja yang datang dari Alloh dan Rosul-Nya adalah kriteria utama muslimah sejati. Keimanan inilah yang meneguhkan hati Sumayyah menghadapi ujian yang sangat berat. Namun demikian pahitnya ujian tersebut seolah lebur dengan manisnya iman yang bersemayam dalam dadanya. Tanpa adanya iman yang dalam ini tidak mungkin seorang wanita menjadi muslimah sejati.
  1. Tunduk dan patuh terhadap segala perintah Alloh  dan Rosul-Nya serta menjauhi larangan-larangan keduanya.
Banyak wanita yang mengaku muslimah namun tidak tunduk dan patuh dengan aturan Alloh dan rosul-Nya. Mereka hidup dengan hawa nafsunya dalam berpakaian, bergaul dan bekerja. Ia tidak rela diatur oleh sang Pencipta, namun justru bangga diatur oleh setan dan hawa nafsu-Nya. Padahal Alloh  berfirman:
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Alloh dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata. (QS.al Ahzab [33]:36)
Ketundukan terhadap perintah Alloh  dan Rosul-Nya tersebut merupakan kriteria besar muslimah sejati.
  1. Berakhlak dan berkepribadian islami dengan mencontoh Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wa sallam-, istri-istri nabi  dan para shohabiyah yang mulia.
Mencontoh nabi, istri-istrinya serta para shohabiyyah yang mulia merupakan kewajiban seorang muslimah. Sayangnya hari ini kebanyakan para muslimah – kecuali yang dirahmati Alloh – justru bangga mengikuti trend para artis. Mulai dari gaya rambut, baju, perangai bahkan pergaulan meniru mereka. Akhirnya rasa malu merekapun pudar dan harga diri mereka menjadi murah. Murah karena diobral kepada siapa saja yang menginginkannya.
  1. Beribadah hanya kepada Alloh  dengan berittiba’ kepada nabi .
Kriteria ini adalah cerminan lurusnya akidah seorang muslimah sejati. Ia hanya beribadah kepada Alloh  dan selalu menjauhi kesyirikan. Bahkan tata cara beribadah mereka hanya merujuk pada nabi  sehingga terhindar dari perkara yang bid’ah.
  1. Sabar dan berjiwa tegar; syukur dan tidak kufur.
Sabar dan syukur adalah hiasan muslimah sejati. Dengan itulah ia akan menjadi hamba yang qonaah terhadap takdir Alloh . Muslimah yang sabar dan syukur akan menjadi sosok mulia di sisi Alloh  apalagi di sisi manusia. Sabar dan syukur ini ibarat dua sayap yang dengannya seseorang terbang bebas menuju keridhaaan Alloh .
  1. Tawazun(proporsional dan profesional) dalam segala urusannya.
Muslimah sejati adalah sosok yang tawazun dalam segala urusannya. Di samping perannya sebagai pendidik anak ia juga harus mengatur waktu dan pekerjaan melayani suaminya. Terkadang pula ia pun harus berbagi waktu  untuk menambah amalan sholih lainnya. Ia tidak membentur-benturkan tugas dan kewajibannya. Segalanya ia manage dengan sangat tawazun.
  1. Rajin dan semangat tolabul ilmi(menuntut ilmu).
Seorang muslimah sejati selalu rajin dan semangat dalam menuntut ilmu. Meskipun ia telah berkeluarga bahkan mampu meraih gelar tinggi (dalam bidang akademik misalnya) namun tetap haus dengan ilmu dari siapa saja yang menyampaikannya. Menuntut ilmu dan mendapatkan pendidikan bukanlah khusus bagi seorang muslim saja. Bahkan di dalam islam kaum muslimah diwajibkan belajar seumur hidup bukan hanya wajib belajar sampai SMA atau sederajat. Dan hendaknya menuntut ilmu menjadi hobi yang membuat muslimah benar-benar “kecanduan” ketika meninggalkannya.
  1. Taat kepada suami dan orang tua.
Taat kepada ortu merupakan kriteria muslimah sejati. Namun bagi muslimah yang sudah berumah tangga, ketaatan pertama adalah ketaatan kepada suami kemudian baru orang tua. Taat kepada orang tua biasanya lebih mudah dilakukan seorang istri karena memang orang tualah yang membesarkan dan mendidiknya dari kecil. Akan tetapi taat kepada suami terkadang membutuhkan kerja keras bagi seorang muslimah. Namun demikian balasannya pun juga besar yaitu surga Alloh  yang sangat luas dan indah.
  1. Gemar berdakwah dan bersedekah.
Dakwah bukan hanya kewajiban para lelaki saja, namun ia juga tugas besar yang harus diemban di pundak kaum muslimah. Hal tersebut disebabkan banyak sektor kehidupan yang memang lebih tepat ditangani langsung oleh muslimah karena kekhususannya. Oleh karena itu peran dakwah dalam sektor tersebut sangatlah urgen.  Selain berdakwah iapun tak lupa gemar bersedekah. Semua itu karena ia sangat faham bahwa sedekah merupakan bukti keimanan sekaligus sebagai jalan masuk surga.
  1. Selalu Menjaga iffah(kesucian diri).
Kesucian diri adalah mutiara berharga bagi setiap wanita. Tidak ada yang paling pandai dalam menjaga kesucian diri selain wanita muslimah. Menjaga kesucian diri bukan hanya sebatas menjaga diri yang penting tidak sampai berzina saja. Menjauhkan diri dari ikhtilath, pacaran, catingfacebook an yang tak berguna dengan lawan jenispun  bagian dari menjaga kesucian diri. Inilah yang seringkali dilupakan para muslimah hari ini.
Sebenarnya masih banyak sekali kriteria muslimah sejati. Mudah-mudahan 10 kriteria muslimah sejati tersebut bisa dilazimi oleh para muslimah dalam kehidupan sehari – hari. Wallohu ‘alam bi showab.
By: Abu Azzam Hawari, Lc., M.E.I
Print Friendly
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus Ad-Daary radhiallahu ‘anhu,
“Agama adalah nasihat”. Kami bertanya:  “Bagi siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslim dan bagi kaum muslim secara umum.” (HR. Muslim)
Memang benar, sebuah nasihat akan banyak membawa manfaat apabila nasihat tersebut bersumber dari ilmu yang terambil dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun, sebuah nasihat yang tidak berlandaskan ilmu, justru akan membawa malapetaka dan kehancuran, karena pada hakikatnya hal itu bukanlah nasihat, melainkan bisikan-bisikan dan was-was setan. Masalahnya, apakah sebuah nasihat hanya boleh dilakukan oleh kaum laki-laki saja dan tidak mungkin dilakukan oleh kaum wanita?
Kisah berikut ini menunjukkan, bahwa kaum Hawa pun dapat memberikan andil dalam memberikan nasihat dan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuan mereka. Semoga bermanfaat. Allahul-Muwaffiq.
Alkisah
Imam Malik rahimahullah meriwayatkan sebuah kisah dalam kitab al-Muwaththa, dari Yahya bin Sa’id dari al-Qasim bin Muhammad, bahwa dia berkata, “Salah satu istriku meninggal dunia, lalu Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi mendatangiku untuk bertakziah atas (kematian) istriku, lalu beliau mengatakan,
‘Sesungguhnya, dahulu di zaman Bani Israil ada seorang laki-laki yang faqih, alim, abid, dan mujtahid. Dia memiliki seorang istri yang sangat ia kagumi dan cintai. Lalu meninggallah sang istri tersebut, sehingga membuat hatinya sangat sedih. Dia merasa sangat berat hati menerima kenyataan tersebut, sampai-sampai ia mengunci pintu, mengurung diri di dalam rumah, dan memutus segala hubungan dengan manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat bertemu dengannya.
Lalu ada seorang wanita cerdik yang mendengar berita tersebut, maka dia pun datang ke rumah Sang Alim seraya mengatakan kepada orang yang berada di sana,
“Sungguh, saya sangat memerlukan fatwa darinya dan saya tidak ingin mengutarakan permasalahan saya, melainkan harus bertemu langsung dengannya.”
Akan tetapi, semua orang tidak ada yang menghiraukannya. Walau demikian, ia tetap berdiri di depan pintu menunggu keluarnya Sang Alim. Dia berujar, ‘Sungguh, saya sangat ingin mendengarkan fatwanya. Lalu, akhirnya ada salah seorang menyeru,
‘(Wahai Sang Alim) sungguh di sini ada seorang wanita yang sangat menginginkan fatwamu.’
Dan wanita itu menambahkan, ‘Dan aku tidak ingin mengutarakannya melainkan harus bertemu langsung dengannya tanpa ada perantara.’ Akan tetapi, orang-orang pun tetap tidak menghiraukannya. Meski demikian, dia tetap berdiri di depan pintu dan tidak mau beranjak.
Akhirnya, Sang Alim menjawab, ‘Izinkanlah dia masuk.’
Lalu, wanita itu pun masuk dan mengatakan,
“Sungguh, aku datang kepadamu karena suatu pemasalahan.’
Sang Alim menjawab, “Apakah pemasalahanmu?’
Wanita memaparkan, “Sungguh, aku telah meminjam perhiasan kepada salah satu tetanggaku dan aku selalu memakainya sampai beberapa waktu lamanya, lalu suatu ketika mereka mengutus seseorang kepadaku untuk mengambil kembali barang itu kepadanya?’
Maka, Sang Alim menjawab, ‘Iya, demi Allah, engkau harus memberikan kepada mereka.’
Lalu sang wanita menyangkal, ‘Tetapi, aku telah memakainya sejak lama sekali.’
Sang Alim menjawab, ‘Tetapi mereka lebih berhak untuk mengambil kembali barang yang telah dipinjamkan kepadamu sekalipun telah sejak lama.’
Lalu, wanita itu mengatakan, ‘Wahai Sang Alim, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatimu. Mengapakah engkau juga merasa berat hati untuk mengembalikan sesuatu yang telah dititipkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mengambil kembali titipan-Nya, sedang Dia lebih berhak untuk mengambilnya darimu?’
Maka, dengan ucapan itu tersadarlah Sang Alim atas peristiwa yang sedang menimpanya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan perkataan si wanita tersebut dapat bermanfaat dan menggugah hatinya.
Kisah di atas diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa dalam kitab al-Jana’iz Bab Jami’ul-Hasabah fil-Mushibah (163).
Syaikh Syu’aib al-Arna’uth dalam tahqiq beliau terhadap kitab Jami’ul-Ushul (6/339) berkata, “Kisah di atas sampai kepada Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi dengan sanad shahih.”
Ibrah
Musibah adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai pengukur keimanan hamba. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَا أَخْبَارِكُمْ
Dan sesungguhnya, Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Qs. Muhammad: 31).
Kesabaran sangat dibutuhkan tatkala kita dilanda musibah. Kewajiban setiap muslim ketika mendapat musibah ialah mengharap kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala pahala dan ganti yang lebih baik. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita membaca doa tatkala tertimpa suatu musibah. Beliau mengatakan,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُوْلُ مَا أَمَرَهُ اللهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِصِيْبَتِي وَأَخْلِفُ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah lalu membaca sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (yaitu), ‘Sesungguhnya kami milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada-Nya jualah kita akan dikembalikan. Ya Allah, berilah pahala pada musibah yang menimpaku dan berilah ganti yang lebih baik darinya’ melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberinya ganti yang lebih baik daripada yang sebelumnya.’” (HR. Musim, 4/475, at-Tirmidzi, 11/417, Ahmad, 33/82).
Dengan demikian, sungguh sangatlah indah perkara yang terjadi pada diri seorang muslim. Karena semua perkara yang menimpanya –berupa kenikmatan maupun kesulitan, kelapangan maupun musibah— semuanya adalah baik baginya, sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sifatkan dalam sabdanya,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ لِلْمُؤْمِنِ إِنَّ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh mengherankan perkara (urusan) orang muslim, semua perkara (urusan)nya baik dan hal itu tidaklah terjadi kecuali pada diri seorang muslim. Apabila diberi kenikmatan ia bersyukur maka hal itu baik baginya. Dan apabila ditimpa kesulitan ia bersabar maka hal itu pun baik baginya.” (HR. Muslim. 14/280).
Beratnya cobaan sering menjadikan manusia lupa dengan takdir AllahSubhanahu wa Ta’ala. Kita semua adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’aladengan kepada-Nya pulalah kita akan dikembalikan. Namun, kebanyakan manusia tidak menyadari hal ini, sehingga mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat. Mereka berlarut-larut dalam kesedihan, sehingga melalaikan dirinya sendiri. Bahkan, terkadang mereka berteriak-teriak histeris, memukul-mukul wajah, merobek-robek baju, dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang dilarang oleh syariat, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
Bukan termasuk golongan kami seorang yang menampar-nampar pipi, merobek-robek baju, dan menyeru dengan seruan-seruan jahiliah.” (HR. Bukhari, 5/41, at-Tirmidzi, 4/119, an-Nasa’i, 6/408).
Bersedih adalah suatu kewajaran terutama karena ditinggal oleh orang-orenga yang sangat dicintai. Akan tetapi, janganlah kesedihan tersebut melampaui batas dari yang dibolehkah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعَ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يُرْضِي رَبَّنَا
Mata boleh menangis, hati boleh bersedih, tetapi kita tidak berkata-kata kecuali hanya (dengan perkataan) yang diridhai oleh Rabb (Tuhan –ed.) kita.”(HR. al-Bukhari: 5/57).
Memang, setang sangatlah lihai dalam mencari celah untuk menjerumuskan anak Adam. Dari sinilah pentingnya saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. adz-Dzariyat: 55).
Hanya saja, cara kita memberikan nasihat harus benar-benar diperhatikan. Cara menasihati seorang waliyul-amri (penguasa) berbeda dengan cara menasihati rakyat. Menasihati orang tua berbeda dengan cara menasihati anak kita sendiri. Demikian pula, cara menasihati seorang yang alim yang memiliki pengaruh dan ucapan yang didengar oleh masyarakat hendaklah berbeda dengan cara kita menasihati seorang yang awam. Hendaklah menasihati dengan cara yang lembut, dengan kata-kata yang halus, dan tidak dilakukan di depan khalayak ramai, sebagaimana yang telah dilakukan wanita tersebut. Mudah-mudahan dengan itu mereka akan tersadar dan kembali pada jalan yang benar. Karena, seorang alim bukanlah orang yang ma’shum yang terbebas dari kesalahan. Mereka pun manusia biasa yang banyak melakukan kesalahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاؤٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُونَ
Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat darinya.” (HR. at-Tirmidzi, 9/59, Ibnu Majah, 12/302, Ahmad, 26/123).
Mutiara Kisah
Beberapa pejalaran penting yang dapat kita rangkum dari kisah di atas adalah:
1.      Terkadang seorang ahlul ilmi dapat lupa dan lalai dari ilmu yang selama ini ia ajarkan. Sebagaimana kisah Sang Alim yang faqih di atas, dia telah lupa terhadap apa yang selama ini selalu dia ajarkan tentang wajibnya seorang untuk tetap bersabar di kala terkena musibah.
2.      Kewajiban bagi para ahlu ra’yi dan yang siapa saja yang memiliki pemahaman, hendaklah mengingatkan saudaranya yang lain dari hal-hal yang terkadang terlalaikan darinya. Dan hal ini tidak terbatas hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, melainkan kaum wanita pula apabila memang memiliki kemampuan dalam hal tersebut. Tentunya hal itu dilakukan apabila aman dari fitnah dan tidak melanggar larangan dan keharaman Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti yang telah dilakukan oleh wanita dalam kisah di atas yang dapat menyadarkan kembali seorang alim yang tengah lalai dari peristiwa besar yang menimpanya.
3.      Ilmu dan pemahaman adalah titik temu yang menjadi persamaan antara laki-laki dan wanita, karena ilmu bukanlah hak yang dimonopoli oleh kaum laki-laki saja. Kaum wanita pun berhak mengenyam ilmu dan pemahaman. Bahkan, kejadian-kejadian yang terjadi pada diri seorang wanita menuntut mereka untuk lebih mengilmui hukum-hukum syariat.Thaharoh (bersuci), mendidik anak, dan lain-lain adalah permasalahan yang sangat membutuhkan ilmu dan pemahaman yang benar.
4.      Pentingnya membuat suatu permisalan dalam menjelaskan suatu permasalahan, karena sebuah contoh dapat menggambarkan suatu masalah dengan lebih jelas. Dan ini pulalah metode al-Qur’an dalam menjelaskan sebuah permasalahan. Perhatikanlah ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjelaskan tentang kalimat tauhid dan kalimat-kalimat kekufuran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ {24} تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ {25} وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ اْلأَرْضِ مَالَهَا مِن قَرَارٍ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat: Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (Qs. Ibrahim: 24-26).
5.      Disenangi menghibur manusia dengan menyebutkan kabar-kabar orang-orang terdahulu dan kisah-kisah berharga yang sarat dengan pelajaran. Terlebih apabila kisah-kisah tersebut bersesuaian dengan keadaan orang yang sedang diberi nasihat, karena metode yang demikian akan lebih menggugah hatinya dan menyadarkan dari kelalaiannya sehingga ia dapat terhibur dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut.

KELUHAN MANUSIA DAN JAWABAN AL-QUR'AN

Dalam perjalanannya, manusia kerap kali dirundung masalah (Keluhan Manusia). Dan seringkali, karenanya, manusia tersesat tanpa arah. Banyak faktornya. Namun ketetapan adalah ketetapan. Tidak ada satupun manusia didunia ini yang meminta kepada Allah untuk hidup susah, betul kan? Namun sayangnya, ketika kesusahan dan musibah melanda, ternyata manusia memborong sejuta keluhan, “kenapa begini ,kenapa jadi begitu ”,sejuta permintaan,” Perkenankanlah ini ya Allah! kabulkan itu ya Allah!”, dan hanya mengucap satu kata syukur. Apakah kalau begitu, kita harus begitu saja pasrah?
Eits!! Tidak semudah itu. Banyak ayat suci, dan saya yakin semua keyakinan pun mengajarkan, bahwa keputusasaan adalah sesuatu yang buruk, dan harus dihindari. Inti dari semua masalah adalah agar manusia semakin memahami fitrahnya. Memahami apa yang harus dicari selama hidup. Lantas bagaimana dengan mereka yang tertimpa kesusahan? Hidup dalam kemiskinan? Hidup dalam kepungan kesedihan?
Sebagai pegangan hidup seorang muslim, Al – Qur’an telah menjelaskan banyak hal. Tidak hanya ritual ibadah semata. Ekonomi, perdagangan, keluarga, peribadi ideal seorang muslim hingga pengelolaan negara pun ada didalamnya. Terdapat pula ayat – ayat Qura’an, yang menjawab keluhan – keluhan utama, ketika manusia mendapat ujian ataupun musibah. Dan ini lah jawaban Allah yang terkadang tak kita sadari sudah Allah jawab melalui Firman-Nya.
“ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan. Inilah ayat-ayat Al Quran yang menerangkan.”
(Qs. Asy-Syu’ara ayat : 1-2).
KENAPA AKU DIUJI ??
Al – QUR’AN MENJAWAB :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”  (Qs. Al-Ankabut ayat : 2-3)
KENAPA AKU TAK MENDAPAT APA YANG AKU INGINKAN ??
Al – Qur’an MENJAWAB :
“….Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (Qs. Al-Baqarah ayat : 216)
KENAPA UJIANKU SEBERAT INI ??
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (Qs. Al-Baqarah ayat : 286)
KENAPA HARUS FRUSTASI ??
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman” (Qs. Al-Imran ayat : 139)
BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA ???
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (Qs. Al-Baqarah ayat : 45)
APA YANG AKU DAPAT ???
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri, harta mereka dengan memberikan jannah untuk mereka…” (Qs. At-Taubah ayat : 111)
KEPADA SIAPA AKU BERHARAP ???
Al-Qur’an MENJAWAB :
“..Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal” (Qs. At-Taubah ayat : 129)
AKU TAK SANGGUP !!!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“….dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.” (Qs. Yusuf  ayat : 87)
AKU SEDIH !!!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu…” (Qs. Al-Baqarah ayat : 2)
DOSA KU TERLALU BANYAK !!!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Az-Zumar ayat : 53)
SIAPA LAGI YANG AKAN MELINDUNGI KU??
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al-Baqarah ayat : 257)
AKU INGIN MENCARI KEDAMAIAN !!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Qs. Al-Maidah ayat : 16)
AKU TERTEKAN !!!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Qs.  Ar-Ra’d ayat : 28)
AKU INGIN CINTA DAN KETENANGAN !!!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Qs. Ar-Ruum ayat : 21)
KEMANA TEMAN – TEMAN KU ??
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Qs.Qaaf ayat : 16)
TAK ADA YANG MENGHARGAIKU !!!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).” (Qs. Al-Insaan ayat : 22)
AKU TAKUT AKAN APA YANG TELAH KUPERBUAT !
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?…” (Qs. Ali Imran ayat : 135)
AKU LELAH HIDUP SERBA SUSAH DAN SULIT !!
Al-Qur’an MENJAWAB :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs. Alam Nasyrah ayat : 5)
dan segudang pertanyaan lagi yang keseluruhannya pun dapat dijawab oleh Sang Pemilik Semesta Alam. Nah, cukup jelaslah bahwa Allah-lah yang memberi kita cobaan permasalahan, pastilah Allah akan menurunkan pertanyaan beserta jawabannya! Hanya Allah sandaran manusia, yuk kita mulai pelajari Al-Qur’an dengan segenap hati karena Al-Qur’an lah pedoman hidup sekarang.
Barakallah

5 FASE AKHIR ZAMAN

Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam”. [HR. Imam Ahmad]
Hadis diatas diriwayatkan Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 5)

Prinsip pergantian zaman ini juga selaras dengan prediksi Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam besar dalam bidang hadits Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi dari Abu Hudzaifah, intelijennya Nabi shalla-llahu ‘alaihi wa sallam (shahibus sirr) pada 14 abad yang silam. 
Ada 5 vase dalam islam sesuai hadist diatas:
  1. Fase kenabian
  2. Fase kekhilafahan ala Minhaaj al-Nubuwwah “khulafaur rasyidin”
  3. Fase raja menggigit
  4. Fase raja diktator (Mulkan jabbriyyan)
  5. Akan datangan kembali fase kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian)
1. FASE KENABIAN
Inilah periode awal perjalanan sejarah ummat Islam. Saat itu ummat Islam dipimpin langsung oleh manusia paripurna (insan kamil), pemimpin orang-orang yang bertaqwa (imamul muttaqin), panglima para mujahid (qa-idul mujahidin), yaitu Muhammad shalla-llahu ‘alaihi wa sallam. Mereka langsung dipandu oleh figur teladan (uswatun hasanah) sejak masa kesulitan, kegoncangan (fatrah al-idhthirab) di Mekah sampai jaya di Madinah. Sejak sebelum berfikir tentang perang sampai berkali-kali terjun di medan laga. Sejak sebelum berfikir tentang format kepemimpinan sampai menjadi pemimpin yang disegani di Jazirah Arab. Manusia penunggang onta yang tertata ulang persepsi (tashawwur) dan mata hati (bashirah) mereka tentang Tuhan, alam sekitar dan diri mereka sendiri, terbukti dalam sejarah memiliki kapasitas dan kapabilitas menjadi penghulu dunia (ustad ziyatul ‘alam). Beralalulah masa keemasan itu (‘ashrudz dzahab) selama 23 tahun. Ketika Allah menghendaki, Ia mencabut masa kejayaan itu.
2. FASE KEKHILAFAHAN KHULAFAUR RASYIDIN
Inilah fase kedua perjalanan sejarah ummat Islam. Para ulama dan ahli sejarah sepakat bahwa periode ini adalah pada masa khulafaur rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Ada yang berpendapat sampai ke kurun khalifah kelima, Umar bin Abdul Aziz. Masa ini fase khalifah yang lurus, jujur dan adil. Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam melegitimasi masa kedua ini masih dalam koridor minhajin nubuwah (metode kenabian). Artinya periode pertama dan kedua ini adalah masa teladan dan rujukan (referensi) ummat Islam.
3. FASE RAJA YANG MENGGIGIT
Fase kehidupan ummat Islam yang ketiga ini dikuasai oleh raja yang menggigit. Ia datang silih berganti dengan sebutan yang berbeda-beda. Yang paling awal adalah Dinasti Umaiyah, kedua Dinasti Abasiyah dan ketiga Dinasti turki Utsmaniyah yang berakhir pada tahun 1924. Sekitar 13 abad ummat Islam di bawah kekuasaan raja-raja yang menggigit ini (mulkan ‘adhdhan).
Pada masa ini para khalifah disebut raja, karena secara formal menjabat khalifah tetapi pada dataran operasional pola pemerintahannya menerapkan sistem kerajaan. Kepemimpinan bukan dilahirkan oleh syura tetapi diwariskan kepada keluarga dekat kerajaan, anak keturunannya.
Disebut “raja yang menggigit” karena masih menggigit Kitabullah dan Sunnah Rasul, tetapi hampir-hampir lepas. Dan pada akhirnya lepas juga pada tahun 1924 dengan munculnya Dewan Nasional Turki oleh Mustafa Kamal Attaturk (Bapak Bangsa Turki). Namun, para ulama’ yang istiqamah menggelarinya dengan Mustafa Kamal A’da’ut Turk (Musuh Bangsa Turki). Inilah masa keruntuhan dan keterpurukan ummat Islam. Dunia Islam laksana kebun yang penuh tanaman subur dan bunga-bunga yang indah, tetapi tanpa pagar pelindung dan penjaga kebun yang bertanggung jawab.
Kondisi ini sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam, “Kamu sekalian akan dijarah beramai-ramai oleh ummat-ummat manusia seperti halnya santapan yang dikerumuni orang-orang lapar. Karena kamu semuanya ibarat buih, jumlahnya banyak tetapi tidak berkualitas”.
Sebelum tahun 1924, sekalipun kendali kekuasaan dipegang oleh “raja yang menggigit”, tetapi ummat Islam masih memiliki payung dan pusat komando (al-imamah al-‘uzhma) di Turki. Dalam dokumen sejarah dicatat, para penguasa negeri-negeri muslim di seluruh dunia selalu mengadakan korespondensi dengan pusat kekuasaan di Turki. Pada akhir abad ke-20, panglima Fatahilah sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, beliau singgah untuk belajar di Akademi Militer di Turki. Sekembalinya ke Nusantara beliau bisa memukul mundur pasukan penjajah Portugis.

Raja yg mengigit adalah para penguasa Islam atau raja-raja penerus Khulafaur Rasyidin yang dengan begitu gemilangnya menjaga sekaligus mengembangkan nilai-nilai yang dibawa agama Islam. Masa ini ditandai dengan adanya hanya satu pemerintahan (kalau jaman sekarang adalah negara) dimana seluruh umat Islam sedunia tunduk dan patuh pada satu kerajaan ini.
Hebat bukan? Tidak seperti sekarang dimana umat Islam sudah terkotak-kotak kedalam sebutan negara-negara. Negara Indonesia, negara Saudi Arabia, negara Malaysia, negara Mesir, dsb. Masa Raja-Raja yang Menggigit ini terjadi dalam tiga masa, yaitu dimulai dari kepemimpinan kerajaan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, dan yang terakhir adalah kepemimpinan Bani Ustmani di Turki yang boleh dibilang baru berakhir kemarin saja, yaitu 1924 M
Pada masa ketiga perjalanan umat Islam ini terjadi dengan sangat panjang, yaitu sekitar 13 abad! Bayangkan, Islam bersinar dengan penuh keemasan selamat 1300 tahun! Sebut saja bidang kedokteran, astronomi, bangunan beserta jembatan, ilmu matematika sudah dikembangkan oleh para ilmuwan-ilmuwan muslim. Kalau toh dewasa ini semua ilmu-ilmu tersebut sepertinya ilmuwan muslim tidak punya andil, itu tidak terlepas dari kelamnya sejarah Perang Salib dimana para salibis berusaha menghilangkan bukti kejayaan umat Islam dahulu.

4. FASE DIKTATOR (Mulkan Jabbriyyan) – (kita skrg berada di vase ini)
Masa keempat perjalanan sejarah ummat Islam ini mengalami krisis kepemimpinan. Ummat Islam dari segi kuantitas tergolong besar, tetapi mereka laksana sampah, makna lain dari gutsaa’ (buih), menurut pakar hadits Dr. Daud Rasyid. Mereka bukan berkumpul tetapi berkerumun. Mereka mayoritas, tetapi hati-hati individu mereka tercabik-cabik oleh paham kedaerahan (nasionalisme) yang sempit, madzhab, aliran keagamaan dan kepentingan. Kehadirannya tidak menggenapkan dan kepergian-nya tidak mengganjilkan. Mereka diperebutkan untuk dijadikan mangsa binatang buas.
Pada periode ini, jangankan sepakat untuk mengangkat isu-isu besar penegakan Daulah Islamiyah, penentuan awal Ramadhan dan Idul Fithri saja tidak menemukan kata sepakat. Di tengah-tengah mereka tidak ada wasit (penengah) yang dipercaya untuk mengambil keputusan yang disepakati oleh semua komponen umat ini. Tubuh ummat Islam tercabik-cabik oleh perpecahan internal. Energi mereka habis untuk ghibah, namimah, hasud, dendam, terhadap kawannya sendiri. Sehingga terlambat dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya (dhu’ful istijabah lil mutaghayyirat).

Setelah tahun 1924, dunia memasuki perang dunia I, II dan Perang Dingin antara Blok Timur versus Blok Barat (syarqiyyah wa gharbiyyah). Tetapi, rentetan peristiwa diatas hanyalah muqaddimah tampilnya mulkan jabariyyan (raja diktator) berskala global. Setelah tahun 1990, tidak ada lagi dua kubu di pentas kehidupan global. Yaitu pasca runtuhnya Tembok Berlin di Jerman. Hegemoni raja diktator internasional mulai menampakkan eksistensinya, bermarkas di Gedung Putih (al-bait al-abyadh), dan didukung oleh kroni-kroninya yang tergabung dalam negara G7 : Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Italia, Kanada dan Rusia.

Tidak ada pemimpin yang mangkat (baca: naik ke tampuk kekuasaan) di belahan dunia ini selain dalam hegemoni raja diktator dunia, kecuali yang dirahmati oleh Allah. Mereka yang bersebarangan dengan kemauan penguasa diktator dunia akan berjalan tertatih-tatih. Mereka memiliki tangan-tangan dan kaki-kaki di semua kepingan bumi ini. Bahkan belakangan ini ada upaya sistematis untuk memecah keutuhan bangsa, dengan fenomena Papua dan Aceh. Pihak-pihak yang masih getol mempertahankan keutuhan NKRI disingkirkan oleh orang nomer satu di negeri ini dari panggung kekuasaan. Prinsip pergantian zaman ini penting diketahui agar kita menyadari di kurun mana kita ini sedang berada. Ternyata kita berada pada titik nadir kelemahan ummat ini. Kita tidak terlalu berharap kemana pun dan kepada siapa pun. Siapa pun yang tampil memegang tampuk kepemimpinandi dunia pasti mendapat SIM (Surat Izin Mangkat) dari hegemoni malikun jabbar. Marilah kita bangun, bangkit, memperbaharui komitmen kita karena kita mengalami masa yang tidak sederhana. Kita bergerak pada kurun yang tidak mudah.
Saatnya kita bangun untuk menyongsong masa terakhir dari perjalanan sejarah ummat Islam yaitu masa khilafah ‘ala manhajin nubuwwah. Karena kita yakin bahwa kepemimpinan raja diktator ada masa akhirnya. Kebatilan, sekalipun dipagari oleh kekuasaan yang kokoh akan segera hilang. Lebih-lebih saat ini mereka mengadakan konspirasi global untuk menghancur-kan pusat syiar-syiar Islam. Sesungguhnya mercusuar Islam (baca: Tanah Suci Makkah) itu adalah milik-Nya. Dia sendiri yang akan menjaganya dari tangan-tangan jahil.

5. FASE KHILAFAH AKAN DATANG KEMBALI
Persoalan yang esensial bagi kita bukan terletak pada kapan terjadinya khilafah atas metode kenabian itu. Sebab, masa itu akan terjadi pada masa kita atau kemungkinan pada zaman keturunan kita. Hadits ini adalah prediksi nubuwwah, bukan ramalan ahli nujum dan para normal. Kita tidak bangkit pun prediksi Nabi itu pun akan terjadi. Kita sekarang perlu mempersiapkan diri sebagai elemen perubah dan pencabut sang diktator dunia. Dengan cara konsisten; istiqamah, mudawamah wal istimrar (berkesinambungan) melaksanakan tahapan amal Islami (maratibul ‘amal Islami) merujuk tahapan turunnya wahyu Al Quran.
Yaitu, memperbaiki akidah (ishlahul ‘aqidah), melaksanaan syariat (tathbiqusy syari’ah), memperbaiki akhlak (ishlahul akhlaq), melaksanakan dakwah dan harakah (‘amalu ad-da’wah wal harakah) serta memperbaiki kualitas jama’ah (binaul jama’ah).
Pada akhirnya kita perlu bangkit untuk mewujudkan agenda-agenda penting dakwah diatas. Agar kita aman dan lulus dari Mahkamah Ilahi kelak. Kita berupaya menyadarkan sebanyak mungkin manusia agar menjadi batu bata dakwah (asy-sya’bu qawaa-idud da’wah). Sekalipun kita tidak sadar, tidak bangun, tidak bergerak, fenomena kebangkitan ummat Islam itu pasti terwujud, dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala.

Kome

Ingat…10 Karakter Muslim/Muslimah Sejati

Karakter ini merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat islam maupun tertegaknya sistem islam dimuka bumi serta menjadi tiang penyangga peradaban dunia.

Kesepuluh karakter itu adalah :
Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.
Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur’an dan Assunnah serta terjauh dari segala Bid’ah yang dapat menyesatkannya.
Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).
Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT.
Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.
Qodirun ‘alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain.
Haritsun ‘ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.
Munazhom Fii Su’unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.
Naafi’un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.
Mudah-mudahan dengan kesepuluh karakter yang dikemukakan diatas menjadikan kita termotivasi untuk dapat merealisasikannya dalam diri kita.Amin.
3 Amalan Harian Muslimah Sejati
Saudaraku, setiap waktu merupakan ladang pahala bagi setiap muslim… Oleh sebab itu, janganlah kau lewatkan setiap jengkal waktu yang engkau lalui dengan kesia-siaan dan merugikan diri sendiri.
Berikut ini, akan kami sebutkan tiga buah amalan yang agung di sisi Allah, amalan yang dicintai-Nya, amalan yang akan mendekatkan dirimu kepada-Nya, amalan yang akan menentramkan hatimu dimanapun kau berada, amalan yang akan menjadi tabunganmu menyambut hari esok setelah ditiupnya sangkakala dan hancurnya dunia beserta segenap isinya…
Semoga Allah mengumpulkan kita bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang salih di dalam surga-Nya…, Allahumma amin.
[1] Perbanyaklah berdzikir kepada-Nya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya…” (QS. al-Ahzab: 41). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (QS. al-Munafiqun: 9). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul seraya mengingat Allah, melainkan pasti malaikat akan menaungi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
[2] Tetaplah berdoa kepada-Nya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rabb kalian berfirman; Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri sehingga tidak mau beribadah (berdoa) kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu urusan yang lebih mulia bagi Allah daripada doa.” (HR. al-Hakim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah subhanah, maka Allah murka kepada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala setiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir turun ke langit terendah dan berfirman, ‘Siapakah yang mau berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, siapakah yang mau meminta kepada-Ku niscaya Aku beri, siapa yang mau meminta ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Mohon ampunlah kepada-Nya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Allah akan menyiksa mereka sementara kamu berada di tengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan menyiksa mereka sedangkan mereka selalu beristighfar/meminta ampunan.” (QS. al-Anfal: 33). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku setiap hari meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).
Saudaraku,… perjalanan waktu menggiring kita semakin mendekati kematian… Oleh sebab itu marilah kita isi umur kita dengan dzikir, doa, dan taubat kepada-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang dicintai-Nya, diampuni oleh-Nya, dan mendapatkan rahmat dari-Nya…
Gambar dan Kata Kata Mutiaranya
GambarGambarGambarGambar
10 Tips Menjadi Muslim yang Baik
1. Bersikap terbuka

maksudnya terbuka terhadap setiap perubahan yang terjadi terutama dalam hal penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap perubahan baru dihadapi dengan sikap optimis dan di jadikan sebagai tantangan untuk maju ke depan. Mempunyai keinginan mempelajari sains modern. Mengenali warisan intelektual sendiri sehinga seorang muslim tidak dikenal dengan istilah GAPTEK.
2. Tidak terpengaruh terhadap perbedaan pendapat
Kita harus yakin dengan argumen kita dan tidak terpengaruh dengan pendapat orang lain
3. Memerankan agama bukan untuk diri sendiri
Tapi juga untuk sosial. Melakukan ibadah berupa santun kepada fakir miskin, sedekah bagi anak-anak yatim, dan aktivitas sosial yang lain.
4. Membangun citra agama islam
Memahami,mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam secara betul-betul.
5. Berperan sebagai pengadil
Yang mampu mendamaikan orang-orang bersengketa dalam setiap persengketaan.
Bertindak sebagai orang yang bisa berbuat adil di antara kedua pihak
6. Tidak berhenti mempelajari ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan terus berkembang jadi kita wajib mempelajarinya dan terus menggali ilmu yang akan terjadi di masa depan.
7. Melakukan penelitian terhadap agama islam
Kita meneliti agama Islam yang berkembang pada zaman sekarang dan mengambil yang sesuai dan meninggalkan dan melakukan yang kurang sesuai(subhat).
8. Memandang dunia sebagai sarana infestasi
Untuk kehidupan yang lebih hakiki yaitu akhirat. Meskipun hanya sebagai sarana seorang muslim tidak memendang kehidupan dunia dengan sebelah mata. Tapi serius dan bekerja keras untuk merain posisi mata, tapi serius dan bekerja keras untuk merain posisi ideal di dunia ini
9. Membangun kekuatan fisik yang kuat
Baik melalui pendekatan olah raga atau pelatihan militer. Hal ini disadari sabda Rasul ‘’ muslim yang kuat lebih baik dibanding muslim yang lemah”.
10. Menghargai sesama Muslim
Meskipun orang Islam tersebut mempunyai beberapa aliran kita tetap harus menghormatinya.
Misalnya : Ketika waktu sholat Subuh, ada yang memakai do’a Qunut ataupun tidak. Kita tidak boleh saling menyalahkan karena semua itu benar. Dan yang salah adalah yang tidak melaksanakan sholat Subuh.
Karena setiap muslim Insya Allah akan masuk surga. Jadi kita tidak boleh saling menyalahkan dan harus saling mendukung dan menghormati

Selamat Datang ! Semoga Bermanfaat !

abels: , , , , , , ,
Hakikatnya, wanita itu mempunyai perhiasan. Di antaranya ada yang halal seperti wangi-wangian yang telah diisyaratkan sebelumnya. Dan ada pula yang diharamkan.

Perhiasan Halal
  1. Wangi-wangian untuk menyambut suaminya tidaklah dilarang. Hal itu telah dibicarakan dalam sunnah-sunnah fitrah.
  2. Emas dan sutra, keduanya halal dan telah dibolehkan membanggakan diri dengannya. Dari Abi Musa bahwa Nabi SAW bersabda : "Dihalalkan emas dan sutra bagi umatku yang perempuan dan diharamkan bagi yang laki-laki". (HR. Abu Dawud, Nasa'i, dan Tirmidzi)
    Ali r.a. berkata, "Dihadiahkan kepada Nabi SAW pakaian Siraa'. Kemudian beliau mengirimkannya kepadaku, lalu aku memakainya, maka aku melihat kemarahan pada wajah beliau. Kemudian beliau berkata, sesungguhnya aku tidak mengirimkan kepadamu untuk memakainya, tetapi aku mengirimkan kepadamu supaya engkau merobeknya menjadi kerudung-kerudung bagi wanita". (Muttafaq Alaihi)

    Kata-kata "Dihadiahkan kepada Nabi SAW", yang menghadiahkannya ialah raja Ayilah yang musyrik. Pakaian Siraa' ialah semacam burdah bergaris-garis kuning atau bercampur sutra dan emas murni. Ada yang mengatakan itu adalah sutra.
    Kata-kata "bagi para wanita". Dan ditambahkan dalam suatu riwayat, "Maka aku merobeknya bagi wanita-wanita keluargaku". Dalam riwayat lain, "kapada Fatimah-Fatimah". Mereka ada tiga orang, Fatimah binti Rasulullah SAW, Fatimah binti Asad ibnu Ali, dan Fatimah binti Hamzah.
    Kedua hadits tersebut adalah dalil yang pasti bagi orang-orang yang mengharamkan sutra dan emas bagi kaum laki-laki dan menghalalkannya bagi wanita.

  3.  Memakai baju mu'ashfar di rumah dengan syarat tidak membanggakan dan menyombongkan dirinya di hadapan teman-teman dan tetangga-tetangganya.
Dari Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, "Kami berangkat bersama Rasulullah SAW dari sebuah tsaniyyah. Kemudian beliau menoleh kepadaku dan aku memakai baju tipis yang diwarnai dengan ashfar (warna kuning keemasan). Kemudian beliau berkata, Apakah ini? Maka aku mengetahui apa yang tidak disukainya. Kemudian aku mendatangi keluargaku di saat mereka menyalakan api di tungku mereka, lalu aku melemparkan baju itu di dalamnya. Kemudian aku mendatanginya pada esok harinya. Beliau bertanya, Hai Abdullah, apa yang engkau lakukan dengan baju itu? Kemudian aku beritahukan hal itu kepadanya. Nabi SAW bertanya, Mengapa engkau tidak memakaikannya kepada salah seorang perempuan dari keluargamu?".
Ibnu Majah menambahkan, "Hal itu tidak menjadi masalah bagi orang perempuan". (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Al-Mu'ashfar yakni baju yang diwarnai dengan ashfar (kuning) dan ia mempunyai warna kuning keemasan mengkilat yang menarik perhatian.
Perhiasan Haram
  1.  Perhiasan yang dimaksud ialah untuk mencari kemasyhuran,  menunjukkan kesombongan, dan menarik perhatian orang banyak serta tamu-tamu wanita dan lain-lain.
  2. Wangi-wangian di hadapan selain mahram yang semerbak baunya.
  3. Menampakkan perhiasan di hadapan selain mahram.
  • Digg

Rabu, 02 Maret 2016



Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan Paus Ilustrasi (islahicentre.org)
Nabi Yunus ditelan bulat-bulat. Nabi Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan.
Dream - Perjalanan Nabi Yunus menjadi salah satu kisah yang tercantum di dalam Alquran. Kisah itu penuh hikmah dan harus menjadi teladan bagi umat muslim.
Dalam kisah itu, Nabi Yunus mendapat perintah mengajak sebuah penduduk yang berpaling dari Allah. Penduduk sebuah wilayah yang lebih memilih menyembah berhala.
Para ahli tafsir menyebut Yunus bin Mata berdakwah di kampung Ninawa, wilayah di Mosul, Irak. Nabi Yunus melaksanakan perintah itu. Dia mengajak penduduk kampung untuk beriman kepada Allah.
Namun tak mudah bagi Nabi Yunus. Penduduk wilayah itu menolak ajakan beriman kepada Allah dan justru memilih tetap menyembah berhala. Penduduk itu bahkan mengolok dan menghina Nabi Yunus.
Maka, turunlah wahyu yang menyatakan Allah akan menurunkan azab apabila penduduk wilayah itu tak beriman. Dan Nabi Yunus menyampaikan wahyu itu kepada penduduk kampung. Namun tetap saja, mereka memilih menyembah berhala.
Nabi Yunus kemudian marah. Dia lantas pegi dari kampung itu. Penduduk kampung menyadari kesalahan mereka dan yakin azab akan segera turun. Oleh karena itu, mereka kemudian bertobat, memohon ampun kepada Tuhan. Sehingga azab pun batal diturunkan.
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)
Setelah itu, Nabi Yunus tetap meninggalkan kampung dalam keadaan marah. Padahal Allah belum mengizinkannya pergi. Dia menuju ke arah pantai dan kemudian menaiki kapal. Namun, sebuah badai datang. Ombak lautan menjadi sangat dahsyat, angin berhembus begitu kencang. Kapal yang penuh muatan itu oleng. Nyaris tenggelam.
Penumpang kapal kemudian membuang muatan untuk meringankan beban. Namun tetap saja. Kapal itu masih oleng dan hampir tenggelam. Sehingga para penumpang berunding untuk menentukan salah satu dari mereka untuk dibuang ke lautan.
Undian itu dilakukan. Ternyata jatuh pada Nabi Yunus. Namun penumpang lain tak mau Nabi Yunus yang harus dibuang ke laut. Sehingga undian dilakukan untuk kedua kali. Namun hasilnya sama. Dan sampai undian ke tiga, hasilnya juga sama. Sehingga kemudian Nabi Yunus memutuskan menceburkan diri ke lautan.
Saat itu, Allah mengirimkan ikan Nun (paus) untuk menelan Nabi Yunus, tanpa merobek daging maupun mematahkan tulangnya. Nabi Yunus ditelan bulat-bulat. Nabi Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan.
Di dalam perut ikan, Nabi Yunus terus berzikir dan memohon ampun kepada Allah. Semua kisah itu terekam dalam ayat-ayat Alquran. Yaitu Surat Al-Anbiyaa Ayat 87-88.
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88)
Doa Nabi Yunus dalam ayat itu hingga kini diamalkan banyak orang. “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).
Kisah Nabi Yunus itu juga terekam dalam Surat Ash- Shaaffaat Ayat 139-148. “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS.Ash- Shaaffaat:139-148)
Kisah Nabi Yunus ini memang penuh hikmah. Dalam ayat lain, Allah meminta Nabi Muhammad SAW agar tidak bersikap seperti yang dilakukan Nabi Yunus.
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.” (QS.Qalam:48-50)
Baca selengkapnya di sini.
Kirimkan kisah nyata inspiratif disekitamu atau yang kamu temui, ke komunitas@dream.co.id, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin dipublish
2. Sertakan link blog atau sosmed
3. Foto dengan ukuran high-res
4. Isi di luar tanggung jawab redaksi